bujang kolot penghuni gunung kamangkon

Ada sebuah kebiasaan yang akan menjadi teradisi bila berlangsung lama dan turun temurun di dalam suatu kelompok masyarakat, disetiap daerah tentu berbeda dan beragam, seperti yang terjadi di salah satu kota di jawa barat masyarakat disitu berbeda dengan masyarakat umumnya dikota lain yang menggarap ladang atau sawah disiang hari, mereka menggarap ladangnya dimalam hari dengan hanya berbekal obor sebagai penerang langit yang gelap tanpa matahari, hal itu justru menguntungkan bagi mereka, langit yang gelap tidak membakar kulit dan membuat tubuh tidak terlalu lelah ketika meladang.
suminah malam itu terdiam sendiri di kamar, karena sang suami harus menggarap ladang milik pak lurah dodi, maklum saja baru sekitar satu tahun mereka menikah belum dikaruniai anak dan mereka tidak memiliki sumber penghasilan yang tetap karena suminah dan suaminya kang uher bukan dari keluarga berada, jadi mereka harus banting tulang merajut rumah tangga tanpa bekal yang mencukupi berupa ladang ataupun ternak, sebagai buruh serabutan kang uher harus merelakan masa-masa kemesraan bulan madunya terganggu, suminah harus rela ditinggal tidur sendirian, seperti halnya malam itu, padahal sebagai istri muda jujur saja hasrat birahi suminah sedang menggebu-gebunya.
tinggal di rumah yang dekat dengan lereng gunung kamangkon yang terkenal angker sebenarnya suminah kurang betah, ditambah dengan mitos-mitosnya yang menyeramkan salah satunya tentang penghuni gunung kamangkon “bujang kolot” yang konon hantu laki-laki itu doyan perempuan, namun suminah tidak begitu memperdulikan mitos tersebut karena dia tidak punya pilihan lain selain tetap bertahan dirumah itu.

“duh sepi gini, gada tv gada radio, coba kalau dirumah ada hiburan seperti para tetangga, punya tv, pasti tidak akan sesepi ini” keluh suminah

hanya ada suara jangkrik dan terdengar sesekali bunyi anjing malam menambah hening dan mencekam suasana, angin yang kencang bertiup dari lereng gunung kamangkon membuat suminah kedinginan dan bersembunyi di balik selimut tipisnya,
sedang asik-asiknya menunggu kantuk tiba-tiba suminah dikejutkan dengan suara ketukan pintu rumahnya,

“tok tok tok”

“siapa sih malam-malam begini ngetuk pintu?” tanya suminah kesal tapi dia tetap beranjak turun dari kasur membukakan pintu

ternyata suaminya kang uher sudah berdiri di depan pintu
“eh akang, ko udah pulang jam segini, baru juga jam sebelas ?”tanya suminah karena biasanya kang uher pulang subuh

suaminya terpaku kemudian menjawab
“iya, akang kangen sama neng sumi jadi cepet-cepet pulang”
sambil berkata begitu kang uher langsung masuk dan memeluk sang istri lantas diboyongnya kekamar

suminah sedikit heran dengan gelagat suaminya yang berubah jadi begitu agresif, apalagi mata suaminya terlihat sangat begitu merah menyala

“ko badan akang bau kang, seperti bau bangkai kang?” tanya suminah di tengah pelukan kang uher

tapi kang uher tidak menjawab malah balik menyuruh
“matiin lampunya neg sumi, mata akang silau” pinta kang uher datar

“ah akang biasanya juga kalau tidur dinyalain kan gelap kang takut” jawab suminah tapi segera mematikan lampu

setelah kamarnya berubah menjadit gelap, suminah merasakan suasana yang sangan begitu ganjil, selain bau bangkai tercium dari tubuh sang suami juga kulit dan badan suaminya terasa sangat begitu dingin, namun karena suminah ketakutan akan gelap ditambah hasrat yang sangat menggebu kepada kang uher, suminah tetap membalas pelukan dan gumulan kang uher hingga malam itu mereka bergumul seperti halnya pasangan suami istri.

menjelang subuh suminah masih tertidur pulas, badanya terasa lemas habis menunaikan kewajiban selaku istri kang uher, dia tidak sadar kalau di depan pintu rumahnya seorang laki-laki paruh baya gelisah mondar mandir

“neng sumi!!,,,, neng sumi”
“neng sumi bukain pintu” teriak laki-laki itu gelisah
“kemana sih neng sumi tidur ko pules sekali” bisiknya
“dor dor dor” laki laki itu menggedor pintu dengan kesal

suminah terperanjat dari tidurnya karena ada suara keras memanggil namanya, lantas bergegas membukakan pintu,
dengan setengah kantuk suminah berdiri keheranan ternyata yang berteriak-teriak minta di bukakan pintu adalah suaminya,,

“kang uher??” tanya suminah bengong

“malah bengong lagi, bukanya dari tadi bukain pintu??!!! tidur ko sampe gadenger orang teriak-teriak, gimana kalau nanti kebakaran!!??” suara kang uher agak membentak, maklum saja semalaman dia cape habis bekerja di ladang

“kang uher, bukanya akang semalam udah pulang jam sebelas?”tanya suminah heran

“jangan ngaco kalau ngomong, akang kan baru pulang, sudah jangan ngelindur masakin air akang mau mandi” jawab kang uher kesal

suminah hanya terpaku, penasaran suminahpun segera masuk kekamar dan memastikan kalau tadi malam dia tidur dengan suaminya.
tapi dikamar tidak terlihat siapapun, terlintas ingatanya tentang mitos bujang kolot setan penghuni gunung kamangkon yang suka meniduri wanita

“astaga, jangan-jangan semalam aku tidur dengan setan yang menyerupai suamiku” tanyanya dalam hati,

sadar apa yang telah terjadi, suminah merasakan perih yang sangat pada daerah kewanitaanya seperti sobek, suminahpun berusaha untuk tidak menceritakan kejadian itu pada suaminya karena takut terjadi hal yang tidak di inginkan pada rumah tangganya dia bergegas memasakan air untuk mandi kang uher.

hingga selang beberapa bulan perut suminahpun akhirnya membesar tanda hamil, namun ketika usia kandungan suminah menginjak tujuh bulan, suminah bermimpi didatangi laki-laki yang berbadan besar dan berbulu, mukanya sangat begitu menyeramkan, dia mengaku bujang kolot dan berkata kepada suminah, bahwa anak yang di kandung suminah adalah anak bujang kolot, dan kandungan suminah akan menghilang ketika usia kandunganya menginjak tujuh bulan.
benar saja setelah bermimpi begitu perut suminah tiba-tiba mengecil begitu saja, ketika diperiksa kedokter, tidak ada janin sama sekali diperut suminah.
konon setelah beberapa tahun anak setan dari hasil hubungan badan suminah dengan bujang kolot sering mendatangi suminah, anak setan itu memeberikan kekayaan kepada keluarga suminah dengan catatan suminah harus bersedia menyusui anak setan itu.
cerita mitos ini menjadi melegenda di daerah itu hingga sekarang.

the end

Leave a comment